Labels

.

.
Powered by Blogger.

Friday 18 November 2011

Kepemimpinan


Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
o     Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
o     Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
tacit knowledge pada rekan-rekannya.
o     Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
o     Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.
            Dalam kepimpinan ada beberapa tipe kepemimpinan yang dapat anda ketauhi, tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut :

Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
  1. Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
  2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
 Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
  1. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
  2. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
  3. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
  4. Menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
Tipe Paternalistik
            Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe Kharismatik
            Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
Tipe Laissez Faire
            Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi
1. Teori Genetik (Genetic Theory)
            Penjelasan kepemimpinan yang paling tua adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dad orang tuanya.
2. Teori Sifat (Trait Theory)
            Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social.
            Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif.
            Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam (1) Kemampuan Intelektual (2) Kematangan Pribadi (3) Pendidikan (4) Status Sosial dan Ekonomi (5) “Human Relations” (6) Motivasi Intrinsik dan (7) Dorongan untuk maju (achievement drive).
            Ronggowarsito, menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki Hastabrata, yakni delapan sifat unggul seorang pemimpin yang dikaitkan dengan sifat-sifat alam.
(1) Bagaikan surya
§ menerangi dunia dan memberi kehidupan
§ menjadi penerang dan pembuat senang.
§ arif, jujur, adil dan rajin bekerja, sehingga negara aman sentausa.
(2) Bagaikan candra atau rembulan
§ memberikan cahaya penerangan dan keteduhan pada hati yang tengah dalam kesulitan.
§ bersifat melindungi, sehingga setiap orang dapat tekun menjalankan tugas masing-masing.
§ Memberikan udara ketenangan.
(3) Bagaikan kartika atau bintang
§ menjadi pusat pandangan, selaku sumber kesusilaan
§ menjadi kiblat ketauladanan dan sumber pedoman.
(4) Bagaikan mega atau awan
§ menciptakan kewibawaan
§ mengayomi meneduhi sehingga semua tindakannya menimbulkan ketaatan.
(5) Bagaikan bumi
§ teguh dan kokoh pendiriannya
§ bersahaja dalam ucapannya.
(6) Bagaikan samudra
§ luas pandangan, lebar dadanya
§ dapat membuat rakyat seia sekata.
(7) Bagaikan hagni atau api
§ adil, menghukum tanpa memandang bulu
§ yang salah menjalankan hukuman, yang bajik mendapat pahala.
(8) Bagaikan bayu atau angin
§ Ambeg adil dan jujur
§ terbuka, tidak ragu-ragu
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka karakter istimewa yang harus dimiliki oleh seseorang, mencakup karakter bawaan (inborn) dan karakter yang diperoleh dan dikembangkan kemudian.
3. Teori Perilaku (The Behavioral Theory)
            Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”, para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan.
            Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.
4. Situasional Leadership
            Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif.

Dalam “situational leadership” pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat.
            Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada.
            Empat dimensi situasi yakni kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang.
            Dimensi situasi tersebut secara skematis digambarkan sebagai berikut:
1.         Kemampuan Manajerial
            Merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan seseorang. Kemampuan manajerial meliputi kemampuan teknikal, kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penilaian terhadap “reward” yang disediakan oleh perusahaan.
2.         Karakteristik Pekerjaan.
Merupakan unsur kedua terpenting yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.
            Pekerjaan yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat untuk berprestasi dibanding pekerjaan rutin yang membosankan. Juga tingkat kerja sama kelompok yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan akan sangat mempengaruhi efektivitas seorang pemimpin.
3.         Karakteristik Organisasi
            Budaya Korporat, kebijakan dan birokrasi bisa membatasi gaya kepemimpinan seorang manajer. Juga bila di dalam suatu organisasi banyak terdapat profesional dan kelompok ahli. maka gaya kepemimpinan yang efektif tentu berbeda dengan organisasi perusahaan yang terdiri dari para pekerja kasar.
4.         Karakteristik Pekerja
            Meliputi kepribadian, kebutuhan, pengalaman dari para pegawai akan mempengaruhi efektivitas kepemimpinan manajer.
            Karena pendekatan kontingensi ini menekankan pentingnya penyesuaian terhadap situasi, maka seorang pemimpin harus menghayati sepenuhnya kenyataan adanya perbedaan individual yang ada pada setiap pegawai. Motivasi pegawai yang sangat mempengaruhi motivasi kerja perlu mendapatkan perhatian dari setiap pemimpin.
5. Transformational Leadership
            Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang mencoba “menghidupkan” kembali teori “trait” atau sifat-slfat utama yang dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin.
            Robert House menyampaikan teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya. Dengan mengandalkan kharisma, seorang pemimpin yang “transformational” selalu menantang bawahannya untuk melahirkan karya-karya yang istimewa
            Langkah yang dilaksanakan pada umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya, bagaimana sangat pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggauta kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga dapat menghasilkan karya yang inovatif serta luar biasa.
            Pemimpin transformational, seperti Lee Iacocca dari perusahaan automotif Chrysler atau Jack Welch dari General Electric (GE), adalah pemimpin-pemimpin yang kharismatik yang merangsang dan mengarahkan bawahannya untuk melakukan perubahan-perubahan di perusahaan mereka masing-masing.
            Dalam merangsang perubahan dan inovasi, pemimpin tipe ini memberikan gambaran akan pentingnya melakukan sesuatu yang baru dan di atas standar yang direncanakan. Sehingga fungsi pemimpin adalah merangsang kreativitas dan pertumbuhan.
            Menurut pencetus teori ini, pemimpin “transformational” adalah sangat efektif karena memadukan dua teori yakni teori “behavioral” dan “situational” dengan kelebihan masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya.
            Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma.
            Seorang pemimpin, menurut pengertian di atas, harus memadukan unsur-unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri-ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.
            Ada pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal, memiliki kekuasaan dan kekuatan formal yang ditentukan oleh organisasi. Sedangkan pemimpin informal, walaupun tidak merniliki legitimasi kekuatan dan kekuasaan resmi, namun memiliki kemampuan mempengaruhi yang besar, yang disebabkan oleh kekuatan pribadinya.
Referensi

0 comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews