Labels

.

.
Powered by Blogger.

Monday 17 November 2014

Museum Wayang, tak terduda

Bertahun-tahun gue wira-wiri di daerah sekitar Jakarta, gue baru “ngeh”, kalau didaerah kota tua, Jakarta pusat, ada tempat cagar budaya yang bernama museum wayang. Sebagai homo sapiens pastinya gue merasa “udik” banget. Gue ini memang kurang gaol jika dibandingkan dengan evolusi dari homo sapiens lainnya (alay sapiens dan cabe-cabesiens). Bisa di bilang, mungkin gue satu-satunya pitechantropus erectus yang masih hidup.    
            Niatnya gue kesana mau hunting foto sama si kucluk dan agiel (sahabat gue) buat ikutan lomba, tapi, malah jadi wisata budaya (melenceng 180 derajat). Sampai di kota tua Batavia, gue bingung dan gak dapet moment sama sekali yang sesuai dengan tema lomba, tiba-tiba desperate kemudian cari WC umum buat buang air. Gak tau mau ngapain, akhirnya gue dan kawan-lawan melipir ke museum wayang.

            Tiket masuk ke museum wayang untuk dewasa Rp 5.000 dan untuk anak-anak Rp 3.000 dan untuk orang tua bau tanah Rp 50.000, ini untuk keperluan kain kafan memandikan senazah, dan biaya administrasi (just kidding). Museum wayang memamerkan berbagai macam koleksi wayang dari seluruh Indonesia, seperti : wayang golek dari jawa barat, wayang kulit dari jawa tengah, wayang rumput dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, dalam bangunan museum terdapat sebuah taman kecil yang memperlihatkan prasasti jaman peninggalan belanda. Ini taman lumayan bagus dekorasinya cocok banget buat kamu-kamu yang datang sama pasangannya, duduk berduaan sambil menikmati taman, tapi bagi para jomblo melewati taman hukumnya haram. Saran gue bagi para jomblo, bila ingin melewati koridor taman, padangan kedepan kemudian lari sekecang-kecangnya dan jangan menoleh kebelakang. Jangan lupa lafalkan ini dalam hati sambil berlari “pait….pait…..pait…..pait”.
            Dahulunya, museum wayang merupakan bagunan jaman peninggalan belanda dengan nama “de oude Hollandsche Kerk”, yang didirikan pada tahun 1640 – 1732 sebagai tempat peribadatan, susah amat namanya sampe kelipet jari gue. Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan, dan berdiri terus hingga tahun 1808. Masih pada tahun yang sama gereja tersebut hancur akibat gempa. Bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang yang diresmikan pada 13 Agustus 1975 oleh gubernur Jakarta bapak Ali Sadikin. menurut gue, bila pada tahun tersebut di Jakarta bisa terjadi gempa yang dapat meruntuhkan bangunan, kemungkinan gempa yang sama bisa terjadi lagi, “beware warga jakarta”.
            Prasasti yang terdapat pada taman di dalam bagunan museum, bertuliskan nama-nama pejabat belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut. Bagi yang bawa pasangan ati-ati pasangannya kerusupan, bagi yang jomblo jangan pura-pura kesurupan biar dapet pasangan.
            Menurut gue ini tempat cocok banget bagi orang tua yang ingin mengajarkan salah satu nilai-nilai budaya Indonesia kepada anaknya dan sekaligus jalan-jalan hemat, lokasinya yang berada di dalam komplek kota tua Batavia memiliki nilai sejarah yang cukup kental. Namun bagi yang berniat kuliner dengan “kocek” pas-pasan sebaiknya jangan disana, harganya bukan maen…, kasian cowonya bisa makan gak bisa pulang. Disana juga gak ada tempat gadai celana dalem.
Lokasi
Jl. Pintu Besar Utara No. 27
Jakarta Kota 11110
Telp : 021 6929560 / 6927289
Fax : 021 - 6929 560   
E-mail : info@museumwayang.com
Website: www.museumwayang.com 

0 comments:

Post a Comment

 

Total Pageviews