Setelah cukup lama
mengobrol dengan si maniak hipnotis, gue ngerasa pengen pingsan, “terpengaruh
hipnotis ?” bukan, “lebih karena bau mulut”. Kemudian nama gue di panggil untuk
segera menuju ke ruang eksekusi sidang.
Sampai di ruangan
sidang, kondisi hening, terkadang ada suara tangisan yang menyayat hati (itu adalah
suara kegagalan), ada suara buang ingus (oh maaf itu gue gak kuat kena AC). Situasi
saat itu bikin perasaan gue semakin desperate, ditambah lagi ngeliat wajah
orang-orang yang pucat pasif keluar dari ruang sidang (seperti habis kena razia).
Saat menunggu dipanggil
masuk ruangan sidang, badan tiba-tiba ngedrop. Malam sebelum sidang gue baru
bisa tidur sekitar jam tiga pagi, dan sebelum berangkat gue juga gak sarapan
karena terburu-buru, sepertinya tipes gue kambuh. Tapi, anehnya, setelah
dipanggil semuanya lenyap, badan gue gak ngedrop lagi (gugup mengalahkan
segalanya).
Sidang berakhir pukul
1:15 siang, setelah itu lanjut menunggu pengumuman jam 1:30, alhasil gue gak
sempet cari makan, padahal mata udah berair, kepala serasa miring sebelah dan
sepertinya leher gue semakin tercekik, ternyata salah ngalungin tas, bukan
dipundak tapi dileher. Sampai dilantai satu seluruh ruangan sudah dipadati
mahasiswa yang selesai sidang tapi kali ini menjadi semakin padat dengan
ditambahnya para pengantar. Penjelasan : para pengantar disini adalah keluarga
atau teman satu kelas yang sengaja datang untuk menyambut teman atau keluarga
mereka yang telah melaksanakan sidang. Hemm, gue baru tau ada yang seperti ini
padahal belum di wisuda, sepertinya ini sudah menjadi tradisi di gundar, dan Alhamdulillah
gue gak ada yang nyambut.
Melihat banyak sekali
antusiasme orang yang menjemput, perasaan jadi semakin sedih karena sekarang
gue bener-bener gak dapet tempat duduk. “bang misi bang gue mau duduk, udah mau
pingsan nie, yang gak berkepetingan, mati aja sana…”, dalam hati. Sialnya, gue
masih berdiri, sampai saat nama-nama peserta sidang dipanggil untuk segera
menuju ruang pengumuman, ada kira-kira tiga puluh menitan gue berdiri karena
nama gue dipanggil dikelompok yang ke-dua (asem banget gak tuh). Tapi gak
masalah, gue udah kentutin orang-orang yang duduk dibawah deket gue “mamam tuh
bubur mesir”, dalam hati. Caranya gue ngeluarinnya dikit-dikit biar gak
ketauan.
Setelah nama gue
dipanggil, segera gue menuju ruang pengumuman dan disana gue masih harus berdiri
lagi “what…..bunuh aja gue sekalian”, dalam hati, dan pahitnya lagi, gue masih
harus dengerin pidato dan pengarahan dari panitia sebelum pengumuman kelulusan,
“pak bisa di smsin aja gak pidatonya…”, dalam hati.
Kurang lebih lima belas
menit berakhir juga pidatonya, dan sekarang adalah tahap yang paling
ditunggu-tunggu, yaitu, tahap pengumuman kelulusan. Teknis pengumumannya,
peserta sidang yang namanya telah dipanggil kedalam ruang pengumuman dibagi
kedalam empat kelompok. Pembagian dilakukan dengan cara, panitia sebelumnya
menyebutkan nama kelompok dan dilanjutkan dengan menyebutkan nama-nama yang
berada dalam kelompok tersebut. Kebetulan nama gue disebutkan dalam kelompok
pertama.
Setelah selesai acara
bagi-bagi kelompok kemudian dimulai pengumuman kelulusan dengan hasil sebagai
berikut:
1. Kelompok satu : lulus.
2. Kelompok dua : lulus bersyarat.
3. Kelompok tiga : tidak lulus.
4. Kelompok empat : lulus.
Seketika
ruangan menjadi ramai oleh suara teriakan bahagia peserta yang kelompoknya
dinyatakan lulus meski samar-samar terdengar juga seperti teriakan sumpah
serapah, kalo gue pribadi sih santai aja, menghormati yang gak lulus, for your
info muka gue gak enak kalo lagi teriak.
Masa-masa
genting sudah lewat dan sekarang gue udah lulus sidang sarjana, namun terasa
biasa aja “hambar”, seharusnya gue seneng, tapi kok merasa ada yang kurang ya. Meski
gue senang pun, toh, gak ada yang bisa gue ajak untuk berbagi bahkan orang yang
selama ini gue anggap special, chek handphone berharap tiba-tiba dia Tanya kabar,
setelah dichek kosong gak ada satu pun notifikasi yang masuk. “ya sudah lah, mungkin
gue terlalu naïf, sebelumnya gue juga pernah ngalamin situasi kayak gini, nothing
to lose pokoknya” dalam hati.
Saat itu
yang ada dalam pikiran gue, ingin cepat sampai rumah lalu tidur habis mau
ngapai lagi mau sesi foto-foto gak ada yang kenal, mau bepelukan yang ada
tinggal tiang, mau nangis, pojokan udah pada penuh. Sekarang saatnya pulang, hari
ini, badan rasanya lelah sekali.
Sampai
didepan pintu keluar gak sengaja gue ketemu dua orang teman sekelas. Meski setelah
ditanya dia bermaksud menyambut temenya yang juga sidang hari ini dan gak
sengaja ketemu gue disini, tapi, it’s ok, minimal gue jadi bisa cerita banyak
pengalaman ketika sidang, dan gak lama gue ketemu lagi sama temen yang hari itu
lagi bimgbingan skripsi sama dosen yang udah nguji gue. Sebelum pulang jadi
bisa makan-makan dulu bareng mereka dan melanjutkan cerita ketika sidang.
Sampai
dirumah pukul empat sore. Sebenarnya masih kepengin maen atau jalan-jalan buat
menghilangkan rasa jenuh, tapi, gue bingung harus kemana dan sama siapa, ini
kan malam minggu, pasti punya acara masing-masing, tapi gak nyangka saat chek handphone
ada notifikasi, setelah dibuka ternyata sahabat gue, ”agiel” ngajakin jalan ke
puncak bareng teman-teman. Tidak butuh waktu lama buat mengiyakan.
Singkat
cerita. Malamnya gue “ngalong” ke puncak naik motor, tadinya sempat berasa
males karena badan cape banget dan ada efek kurang tidur, tapi berhubung gue
dibonceng dan katanya Cuma sebentar setelah itu numpang bobo dirumah teman jadi
gue joint aja. Kenyataanya kami malah tidur di masjid AT-Taun, edan banget,
kali ini gue kena tipu, tapi, gak masalah selama ada mereka bagi gue seru-seru
aja udah biasa kami kayak gini. Catatan : soto mie di warung sekitar masjid
uenak banget rasanya.
Paginya
gue sholat subuh disana, dan entah kenapa tiba-tiba gue meneteskan air mata
setelah selesai sholat. Mungkin agak sedikit lebay, tapi yang jelas hari ini
gue bener-bener bersyukur. Gue yang tadinya berpikir bahwa saat sidang akan
sendirian sampai akhir, kemudian masuk pintu depan, celingak-celinguk gak tau
harus ngapain, tiba-tiba ketemu sama orang yang kenal sama gue meski gue
sendiri gak kenal sama dia. Setelah selesai pengumuman saat bingung ingin
berbagi dengan siapa gak disangka ketemu temen gue, saat jenuh ingin rasanya
jalan-jalan tapi gak tau arah tujuan, tiba-tiba ada yang ngajak jalan. Gue bersyukur
walaupun gue gak meminta tapi dia selalu mengamati setiap umatnya. Hari yang
penting pun sudah tidak menjadi terasa hambar.
Don,t be sad para jomblowers, meski ngerasa sendiri akan selalu ada mata yang mengawasi kalian tetep semangat dan berpikir positif, sedikit kata dari gue “JONES, you never walk alone”. Bersyukur aja meski yang dateng itu cowo, lho!
Don,t be sad para jomblowers, meski ngerasa sendiri akan selalu ada mata yang mengawasi kalian tetep semangat dan berpikir positif, sedikit kata dari gue “JONES, you never walk alone”. Bersyukur aja meski yang dateng itu cowo, lho!
0 comments:
Post a Comment