Bertahun-tahun gue wira-wiri di daerah sekitar
Jakarta, gue baru “ngeh”, kalau didaerah kota tua, Jakarta pusat, ada tempat
cagar budaya yang bernama museum wayang. Sebagai homo sapiens pastinya gue
merasa “udik” banget. Gue ini memang kurang gaol jika dibandingkan dengan
evolusi dari homo sapiens lainnya (alay sapiens dan cabe-cabesiens). Bisa di
bilang, mungkin gue satu-satunya pitechantropus erectus yang masih hidup.
Niatnya
gue kesana mau hunting foto sama si kucluk dan agiel (sahabat gue) buat ikutan
lomba, tapi, malah jadi wisata budaya (melenceng 180 derajat). Sampai di kota
tua Batavia, gue bingung dan gak dapet moment sama sekali yang sesuai dengan tema
lomba, tiba-tiba desperate kemudian cari WC umum buat buang air. Gak tau mau
ngapain, akhirnya gue dan kawan-lawan melipir ke museum wayang.
Tiket
masuk ke museum wayang untuk dewasa Rp 5.000 dan untuk anak-anak Rp 3.000 dan
untuk orang tua bau tanah Rp 50.000, ini untuk keperluan kain kafan memandikan
senazah, dan biaya administrasi (just kidding). Museum wayang memamerkan
berbagai macam koleksi wayang dari seluruh Indonesia, seperti : wayang golek
dari jawa barat, wayang kulit dari jawa tengah, wayang rumput dan lain
sebagainya. Tidak hanya itu, dalam bangunan museum terdapat sebuah taman kecil
yang memperlihatkan prasasti jaman peninggalan belanda. Ini taman lumayan bagus
dekorasinya cocok banget buat kamu-kamu yang datang sama pasangannya, duduk
berduaan sambil menikmati taman, tapi bagi para jomblo melewati taman hukumnya
haram. Saran gue bagi para jomblo, bila ingin melewati koridor taman, padangan
kedepan kemudian lari sekecang-kecangnya dan jangan menoleh kebelakang. Jangan lupa
lafalkan ini dalam hati sambil berlari “pait….pait…..pait…..pait”.
Dahulunya,
museum wayang merupakan bagunan jaman peninggalan belanda dengan nama “de oude
Hollandsche Kerk”, yang didirikan pada tahun 1640 – 1732 sebagai tempat
peribadatan, susah amat namanya sampe kelipet jari gue. Pada tahun 1733 gereja
tersebut mengalami perbaikan, dan berdiri terus hingga tahun 1808. Masih pada
tahun yang sama gereja tersebut hancur akibat gempa. Bekas reruntuhan inilah
dibangun gedung museum wayang yang diresmikan pada 13 Agustus 1975 oleh
gubernur Jakarta bapak Ali Sadikin. menurut gue, bila pada tahun tersebut di Jakarta
bisa terjadi gempa yang dapat meruntuhkan bangunan, kemungkinan gempa yang sama
bisa terjadi lagi, “beware warga jakarta”.
Prasasti
yang terdapat pada taman di dalam bagunan museum, bertuliskan nama-nama pejabat
belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut. Bagi yang bawa
pasangan ati-ati pasangannya kerusupan, bagi yang jomblo jangan pura-pura
kesurupan biar dapet pasangan.
Menurut
gue ini tempat cocok banget bagi orang tua yang ingin mengajarkan salah satu nilai-nilai
budaya Indonesia kepada anaknya dan sekaligus jalan-jalan hemat, lokasinya yang
berada di dalam komplek kota tua Batavia memiliki nilai sejarah yang cukup
kental. Namun bagi yang berniat kuliner dengan “kocek” pas-pasan sebaiknya
jangan disana, harganya bukan maen…, kasian cowonya bisa makan gak bisa pulang.
Disana juga gak ada tempat gadai celana dalem.
Lokasi
Jl. Pintu Besar Utara No. 27
Jakarta Kota 11110
Telp : 021 6929560 / 6927289
Fax : 021 - 6929 560
E-mail : info@museumwayang.com
Website: www.museumwayang.com
0 comments:
Post a Comment