Akhirnya ketemu hari sabtu, setelah 5 hari disibukan dengan pekerjaan
kantor yang udah buat otak gue kayak robot tempur pake lejing, terbiasa dengan
sering melakukan kegiatan, pada saat liburan seperti ini kok rasanya cepat
sekali Boring nieh, ditambah lagi jadwal untuk buang air besar dikantor, kini
kegiatan tersebut di alihkan kerumah “rasanya ada yang beda pada saat sesuatu
itu keluar”, sekarang ngapain ya, “ting tong” baru ke inget “enaknya nulis
ajah”, berhubung baru dapet pengalaman menarik sekaligus bikin hati gue yang
busuk ini melejit kaget.
Oke awal
mula cerita ini berawal dari gang gelap penuh debu yang gue lewatin saat pulang
kantor, lebar gang ini kurang lebih 2,5 meter kurangnya penerangan menyebabkan
gang ini agak gelap, ditambah lagi gue pulang sekitar pukul 19:00, dengan
langkah gontai “bukan karena kelelahan dengan kerjaan kantor lebih tepatnya
kelaparan karena belum makan”, mata ini tertuju pada seorang wanita tepatnya
tertuju pada pantat wanita tersebut, dengan tatapan genit dan pupil yang
membesar mata gue terus tertuju pada body indahnya arghhhhh……gak kuat, sambil
terus berusaha untuk mendahului langkahnya sejenak gue berpikir “ini cewe kok
bodynya mirip temen gue ya” (dahulu gue ini dijuluki si jenius pengamat body
wanita), pikiran mulai berkecambuk penasaran juga nihe gue sama dia.
Sekarang posisi gue tepat berada disampingnya “udah kayak
Lorenzo yang pengen nyalip stoner dalam acara MOTO GP”
“sapa gak ya……?”
“gak disapa sayang banget, kesempatan Cuma sekali coy”.
Lalu dengan penuh nafsu gue beranikan diri untuk menyapa
(habis pantatnya itu loh)
“bunga…! (nama samara)”
Sontak dia terkejut dan nyaris berteriak, gue sieh udah siap
pake jurus meringankan tubuh ala pendekar rajawali bila terjadi apa-apa, namun
sepertinya dia kenal dengan suara gue yang parau ini dan dia mengurungkan
niatnya. Ternyata benar dia temen kuliah gue, waduh…..kacau temen sendiri
dijadiin bahan mesum, terkadang gue gak bisa mengendalikan imajinasi otak gue
yang berlebihan.
Singkat cerita dari awal
pembicaraan yang panjang, temen gue ini akhirnya menceritakan kisah hidupnya
yang menurut gue sedih, bahkan saat itu gue hampir menyumbangkan uang gue untuk
dia.
“kalo gue piker-pikir lagi kok sepertinya perasaan kasihan
ini lebih perasaan kasihan kepada pengemis bukan kepada teman “
”salah prasangka”
berhubung duitnya juga gak ada, ya gak jadi.
Awalnya gue
Cuma bertanya gimana pernikahan dia dengan si fulan (nama samara), sekalian
juga gue pengen tau apakah menikah itu enak apa tidak, tapi yang terjadi adalah
sebaliknya, apa yang gue pikirkan tidak seperti apa yang dia jelaskan, sekarang
dia tidak bersama si fulan untuk tinggal satu rumah, di pernikahannya yang baru
berjalan lima bulan gue agak aneh “kok bisa ya……?”, hemm dari keterangan yang
dia utarakan bahwa suaminya si fulan kepincut dengan wanita penyanyi bar.
“gila tu cowo istrinya aja udah mantep banget tapi masih aja
bisa kepincut sama penyanyi bar gak kebayang tu penyanyi kayak gimana rupanya
wadauuuw……..imajinasi mulai berlebihan”
Banyak yang dia ceritakan mulai dari perkawinannya yang
terpaksa dan hutang yang si fulan tinggalkan.
Dia
menceritakan, sebenarnya pernikahan yang mereka lakukan itu dilakukan terpaksa
oleh bunga, sebelum pernikahan itu terjadi hubungan si bunga dengan fulan
memang kurang baik, seringnya putus nyambung dan juga sering bertengkar, disaat
sebelum menikah bunga memang sudah putus dengan fulan, namun fulan terus memaksa,
agak sedikit menyeramkan sieh cara fulan untuk kembali berpacaran. Dia pernah
mencoba menusukan pisau pada perutnya yang buncit itu dan minum satu botol
pengharum pakaian “gue rasa dia gak pakai perlu minyak wangi lagi setelah itu”.
Setiap ada laki-laki yang dekat dengan bunga si fulan
berusaha untuk menjauhkan sang laki-laki tersebut dari bunga, padahal si fulan
pun saat itu sudah dekat dengan si biduan, tanpa sepengetahuan bunga si fulan
datang kerumah bunga dan langsung berbicara dengan orang tuanya untuk menikahi
anaknya (si bunga), dengan tidak berbicara panjang lebar pernikahan itu pun
terjadi, dan tidak beberapa lama hal itu pun terjadi si fulan kabur bersama si
biduan meninggalkan bunga, sebenarnya si fulan menginginkan bunga mau menerima
si biduan dalam satu rumah tangga. “gila tu fulan mau mencoba poligami”. Si
bunga menolak dan akhirnya dia lebih memilih si biduan, fulan dan biduan
tersebut pergi entah kemana, dan yang lebih parahnya dia pergi dengan
meninggalkan hutang yang cukup banyak dan cicilan motor yang belum lunas dan
sebelumnya cicilan tersebut di bayarkan oleh bunga, sungguh tragis
“gue kira menikah itu enak ya ternyata tidak semudah yang
dipikirkan masih banyak hal-hal yang harus di koreksi dan di persiapkan lahir
dan batin.
sepertinya gue kurang begitu pandai menceritakan cerita sedih, karena life ist happy.
0 comments:
Post a Comment