Dari pada ini tulisan
ngejogrok aja di dalam hardisk computer gue, iseng-iseng gue posting di blog, Cinta
itu menurut gue bisa bikin orang yang pendiam jadi gila, yang cupu jadi gokil
dan yang pinter jadi autis, apalagi kalo yang lo pacarin itu adalah si Ratu
Kampus, buat orang yang hidup di bawah naungan Dewa cupu dan kantong pas-pasan
kayak gue buat macarin cewe yang jadi ratu kampus itu repot banget, beginilah
kisah gue. Namanya Gissa mariska, sebagai Ratu Kampus secara fisik dan sifatnya
dia itu cewek yang cantik, putih, ramah, warga masyarakat kalangan kelas atas,
bersahabat, modis dan ceria, dan pastinya banyak cowo-cowo yang naksir sama dia
mulai dari yang paling ganteng, paling cakep, cowo paling keren, cowo tajir,
cowo kalangan kelas bawah, cowo muka preman, cowo muka mesum sampai cowo yang
bisanya Cuma mimpi kayak gue. Tapi meski Gissa itu masyarakat kalangan kelas
atas dia itu tipe cewe yang sederhana. Sifat itu yang gue kenal dahulu, ketika
dia masih menjadi pacar gue dan sampai sekarang gue masih belum percaya cewek
cantik si ratu kampus seperti dia mau jadi pacar orang setengah culun seperti
gue ini, jadi inget film kingkong. “dan gue kingkongnya”.
Tapi meski jalan
cinta gue penuh liku dan seringnya bola api santet mondar-mandir di atap rumah
gue serta surat kaleng bernada ancaman dari fans-fans fanatic gissa, gue tetep
berjuang demi cinta dan tetap mengemban missi perbaikan keturunan yang di
amanahkan emak gue.
Traktiran
Awal Jadian
Awal
kisah diawali ketika gue mulai mengenal bangku perkuliahan, dan bangku
perkuliahan itu bentuknya sama dengan bangku pada waktu SMA jadi ternyata gue
udah kenal akrab sama si bangku, jurusan yang gue pilih adalah administrasi
manajemen tadinya mau ngambil jurusan ekonomi, tapi di kampus itu gak ada
jurusan ekonomi untuk jejang D3 lalu pilihan gue jatuh kepada manajemen
administrasi (benar-benar gak nyambung). Di kelas inilah gue mulai mengenal dia
dan di kelas ini juga perlahan-lahan wajah gue semakin mirip serigala lapar
mencari mangsa.
Waktu itu hari selasa
hari kedua setelah gue jadian sama Gissa, temen-temen satu kelas gue belum ada
yang tau kalo gue sama Gissa udah jadian, kenapa…?, karena gue sama Gissa masih
merahasiakannya, (nasib cowo pinggiran terima aja dah) tapi yang jelas gissa
yang ingin hal ini tetep menjadi rahasia berdua, ada beberapa hal yang mungkin
menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dengan merahasiakan
hubungan kita sementara ini, yang pertama gue belum ada kucuran dana segar buat
traktiran PJ (pajak jadian) anak-anak bila suatu saat konspirasi ini terbongkar
dan gak mungkin juga gue ngutang rentenir hanya karena gak sanggup bayar restaurant,
yang kedua mungkin Gissa masih berusaha memulihkan kondisi kejiwaannya dari
rasa traumatis berkepanjangan dan berusaha menerima kenyataan bahwa dia telah
menerima gue sebagai pacarnya, dan yang ketiga gue belum siap untuk menerima
hujatan, makian dan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada terorisme dari
cowo-cowo bengis penggemar Gissa pada saat rahasia ini terbongkar, setidaknya
gue udah latihan lari apabila mereka berusaha mengejar dan menghabisi gue
dengan obor dan bambu runcing, hari ini Selasa 23 – April – 2007, jam di tangan
sudah menunjukan pukul 12:00 siang, gue dan temen-temen si fadol, yusup dan
teman-teman yang lain keluar dari ruang kelas 314 di lantai tiga, ternyata 2,5
jam dalam kelas belajar mata kuliah Sumber Daya Manusia membuat perut gue
keroncongan, laparnyaaa……untuk jam mata kuliah berikutnya akan dimulai dua jam
lagi jadi sambil nuggu enaknya gue makan dulu, saatnya memanfaatkan moment ini,
berhubung gue udah jadian gue ajak aja si doi makan siang, ok langsung aja gue
sms si doi.
SMS bagus : “Gissa lo mau kemana
habis ini sama temen-temen…?”
Saat itu gue masih canggung untuk
mengucapkan kata sayang, maklum baru pertama pacaran.
SMS Gissa : “nanti mau makan
siang sama temen-temen….”
SMS bagus : “gue juga mau makan
siang.., makan siang bareng gue aja yuk..?”
SMS dissa : “tapi….gimana ya sama
temen-temen gue”
SMS gue : “udah bilang aja mau ke
perpustakaan sebentar.” (pertama kali mengajarkan kebohongan pada pacar tolong
yang ini jangan ditiru)
SMS gissa : “ok deh kalo begitu”
Untuk tetap menjaga
kerahasiaan hubungan kami, gue sama gissa janjian makan di tempat yang agak
jauh dari teman-teman kami makan siang, dengan tipudaya dan alasan masing-masing
tentunya.
Yusup : “gus makan sama anak-anak
di kantin Tiara yuk…?”
Gue : “wah gak bisa yus gue
mau..emm…mau…, mau ke stasiun”.
Fadol : “ngapain lo ke
stasiun..?, mau pergi kemana..”
Gue : “ini…gue..mau…emmm…mau
pergi ambil gigi palsu nenek gue yang kemarin jatuh di peron kereta”
//Waduh kacau…..alasan yang aneh
kenapa harus gigi palsu yang ada di otak gue.
Yusup : “ha…gigi palsu nenek lo
!!!!, kok bisa”
Gue : “emmm gini yus…dua hari
nenek gue lapor ke bagian informasi bahwa gigi palsunya ilang, kemudian kemarin
ada yang telp ke rumah gue bahwa ada petugas stasiun yang menemukan gigi palsu
nenek gue, katanya pada waktu itu dia melihat anjing tergeletak hampir mati
karena kesulitan bernafas dan ternyata dia tersedak gigi palsu nenek gue”.
//Kacau nih gue bener-bener bodoh
alasan yang aneh pasti dia gak percaya.
Yusup : “ohh….ya udah kalo gitu
gue makan ya sama fadol”.
Gue : “oke…gue cabut”.
//seandainya nyokap gue tau bahwa
ternyata masih ada yang lebih bodoh dari gue.
Dengan bergegas gue
menuju lokasi tempat gue sama disa janjian, lokasinya di depan warnet orange 20
meter dari kampus, sampai disana ternyata Gissa sudah sampai lebih dulu,
sepertinya gue telat lima menit, (pertama kali gue telat setelah jadian).
Gue mencari tempat
makan sambil jalan berjauhan dengan Gissa (seharusnya orang pacaran itu
jalannya berdampingan), ditambah lagi hari itu Gissa memakai celana levis hitam
dengan baju panjang berwarna kuning sangat serasi sekali dengan kulitnya yang
putih dan rambutnya yang hitam panjang, sedangkan gue memakai celana jeans
robek di area dengkul (gara-gara nyokap cuci celana gue pake sikat kawat buat
nyikat WC) dengan baju berwana hitam pudar karena keseringan di cuci, habis
baju gue kan cuma punya tiga. Gimana gak kebanting penampilan gue kalo jalan
berdampingan sama doi, niatnya siang itu
gue pengen buat Gissa seneng dengan membawa dia makan di restoran mahal yang
menghidangkan steak, kentang goreng dan hot cokelat, gue yakin Gissa tambah
cinta sama gue ha…ha..ha.., sambil jalan gue mengambil si gepeng dari saku
celana, si gepeng itu nama dompet gue, karena bentuknya gepeng gak pernah
kembung kayak dompet-dompet punya temen gue.
Waktu gue buka yang
ada disana hanya satu lembar uang Rp 20.000, saat itu kepala gue pusing luar
biasa, tiba-tiba mata berkunang dan lutut gue jadi lemas, muka pucat seperti
habis kena diare akut, gimana nih duit Cuma Rp 20.000 niat mau makan steak,
kentang goreng, dan hot cokelat, mana bisaaaaa, gue harus segera memutar otak.
Melihat tingkah laku gue mungkin Gissa agak curiga.
Gissa : “lo kenapa kok jidat nya
berkeringat gitu…?”
Gue : “engg…ennggak apa-apa ko
saa..gue cuma kena embun..?”
Gissa : “ha…embun..!!!, ini kan
jam 12 siang mana ada embun…, terus kenapa jalannya miring”.
Gue : “ii..ii..iya emang kalo siang
kepala gue suka panas dan cairan otak menguap jadi kepala gue suka keluar
embun, ohh itu…gue lagi belajar tarian kepiting kata guru tari gue cara latihannya
jalannya harus miring..”
Gissa : “oh…gitu lo bisa nari
ya..?, lo aneh juga ya”.
Gue : “heheh…..emang udah keturunan
sih di keluarga gue aneh itu sebuah kebanggaan, semakin aneh semakin keren…”.
Gissa : “ha…..????!?!?!?”
Sebenarnya dalam hati
gue menangis, haduh…….semakin jatuh harkat dan martabat gue di depan Gissa. Dan
sekarang apa yang harus gue perbuat dengan uang Rp 20.000 ini, aha…gue ada ide,
Gue : “gissa sukanya makan apa…?”
(pertanyaan basa-basi gue di awal pacaran)
Gissa: “kalo gue suka makan steak
sambil minum hot cokelat, umm gimaan kalo sekarang kita makan itu aja”.
Suasana semakin memburuk, mati
gue terlalu to the point ni cewe, sial gue salah langkah sekarang jadi skak
mat, celingak-celingunk siapa tau aja ada rentenir disekitar sini, ayo putar
otak lagi bagus.
Gue : “aduh kalo tempat makan
steak lokasinya jauh dari kampus saa, nanti kita bisa telat masuk mata kuliah
berikutnya..”
Gissa : “betul juga lo gus, nanti
bisa telat mana dosennya galak lagi., terus sekarang kita makan apa, gue udah
laper banget nih..”
Gue : “nah liat tuh didepan sana
ada tukang mie ayam, kebetulan gue suka banget sama mie ayam, gimana kalo kita
makan mie ayam aja, kata temen gue mie ayam disana enak loh”
Gissa : “masa sieh, boleh juga idenya, ya udh gue mau makan
mie ayam aja.”
Yess…..tipuan
berhasil dengan sukses, memang tuhan selalu menyertai hamba-hambanya yang
sedang galau, gak percuma gue di juluki si licik mesum, tapi perubahan rencana
dari makan steak ke makan mie ayam sepertinya terlalu timpang banget, gak
apa-apa lah setidaknya di mie ayam ada sedikit suiran daging ayam yang di
campur tulang muda, tulang leher, yang peting sama-sama ada dagingnya ya kan..(masih
berusaha membela diri).
Setelah
berjalan cukup jauh sampai juga kami di warung mie ayam, kami duduk setelah
mendapatkan meja kosong bekas ibu-ibu gendut, aduh…….ini meja kotor banget, itu
orang makannya berantakan, udah badannya mirip kaka kedua (kaka kedua di film
kera sakti), dengan sigap gue rapihkan meja dengan tisu, kemudian dengan nada
ramah gue bertanya sama Gissa,.
Gue : “sa…lo mau makan mie pake ayam
apa ayam pake mie,terus mau minumnya apa.?”
Gissa : “dasar lo gus, sama aja
tau….,gue mau mie ayam bakso pangsit, terus minumnya es teh manis.”
Gue : “ok tunggu sebentar ya..”
Gissa : “iya….ok.” (sambil
tersenyum manis)
gilaa doi kalau senyum cantik
dahsyat, oh tuhan janganlah pernah engkau sadarkan bidadari ini dari mimpi
buruknya.
dengan senyuman lebar, dada
membusung dan padangan melihat kedepan gue berjalan menuju abang tukang mie
ayam untuk memesan, udh mirip centeng belanda, *dalam hati
“kapan lagi gue terlihat gagah di
depan Gissa its show time”
gue jadi inget kata temen SMA gue
(namanya si wawa), katanya kalo gue senyum mirip nyongki monyetnya pak qodir
yang punya bandar topeng monyet di RT gue saat gue masih tinggal di rumah gue
yang lama daerah Depok Utara. Mari kita sedikit flash back.
Wawa : “gus ngapain lo
senyum-senyum ke gue dari tadi….gue jadi takut tau…”
Gue : “gue lagi jatuh cinta
wa….”.
Wawa : “ udah ah stop melakukan
hal itu didepan gue..seraaammm”
Wawa : “eh..gus tapi klo di liat
lagi lo kalo senyum mirip si *yongki anak buahnya bank kodir, lucu banget loh.”
Gue : “anak buahnya bank kodir
yang mana nieh, gue baru tau”
Wawa : “itu monyet putih yang dia
beli dari umur tiga bulan, bank kodir kan Bandar topeng monyet..ha..ha…ha..”
Gue : “sialan lo…masa gue mirip sama
monyet, tapi kalo monyetnya kayak gue pasti paling ganteng di antara monyet ya
wa…hi..hi….hi”
Wawa : “najis lo…” *tiba-tiba dia
berjalan menghindar dari samping gue.
Gak
lama gue udah ngobrol sama si abang mie ayam, masih dengan senyuman gue yang
mirip si *nyongki.
Gue : “bang….!, gue pesen mie
ayam baksonya dua dan sama es the manisnya juga dua.”
Gue : “jadi berapa bang…?”
sambil menunggu abangnya
menghitung, sesaat pandangan gue beralih ke arah dissa, saat itu dia sedang
melihat-lihat kesekeliling arah sambil memainkan rambutnya yang hitam panjang,
nampak wajahnya yang mencerminkan ke polosan dan kecantikannya, dalam hati gue
berkata “kok bisa ya gue dapet cewe cantik kayak gitu, secara gue belum pernah
ngerasain yang namanya pacaran”
“belum lagi tampang gue yang….*#*@**
semua jadi Rp 25.000……haaaa…”
Suara si abang membuat gue
tersadar dari lamunan, ternyata dari tadi si abang dari tadi nepuk-nepuk pundak
gue, sambil ngasih tau total harga.
Abang : “semua jadi #@**##*#*
25.00 #@** de..”
Gue : “iya….eh….sory,,sory bang,
gak denger berapa jadi totalnya…”
Abang : “aduh si adek ngelamun
aja, abang udah teriak-teriak dari tadi nie, lagi ngelamun jorok ya..?”
Gue : “ah si abang bisa aja, masa
saya ngelamunin muka abang..maaf deh.. maaf”
Abang : “kurang ajar, emangnya muka saya mirip
jamban, jorok”.
Abang : “nieh semua jadi Rp
25.000…” (dengan nada membentak)
Gue : “hehe sory bang just
kidding, HAAAA……Rp 25.000 bang…?” (seketika muka gue pucat mayat)
Gue : “waduh kok mahal amat bang
harganya, gak Rp 20.000 aja..semuanya ?”
Gue : “mank mie ayam bakso sama
es the manis berapa harganya..?, pas nya aja deh bang…?”
Abang : “enak aja…emang nya saya
jualan daster kiloan bisa harga pas…” (nada emosi)
Abang : “es the manis itu satu Rp
2.500, terus mie ayam bakso satu Rp 10.000..”
Waduh kok harganya di luar dugaan
gue ya, jiah….duit tinggal Rp 20.000 lagi. Ya tuhan cobaan apa lagi ini.
Abang : “oooi….mas…jadi mesen
gak”.
Gue : “jadi..jadi…bang, tapi bang
mie ayam baksonya satu aja yang satu lagi mie ayamnya setengah porsi, es teh manis
satu, satunya air putih aja.”. (sambil berbisik)
Abang : “HA…..waduh…si mas
keseringan main deket kompor kali ya, jadi anget otaknya, mana ada mesen mie
ayam…..setengah porsi”.
Gue : “SSSSSTTTTTTTTTTT………bang
jangan keras-keras ngomongnya nanti pacar saya denger, nyablak aja nih kayak
knalpot racing,”.
Gue : “gini bang duit saya Cuma
Rp 20.000, tapi saya pengen senengin pacar saya, maklum baru jadian, jadi ini
pertama kali saya traktir dia.”
Gue : “boleh ya
bang……please…..bang….pleaseee…”
waktu itu gue pasang muka paling
memelas dan mata penuh pengharapan. Biar tampang gue kelihatan menyedihkan dan
si abang iba melihat gue.
Abang : “iya deh…udah ah jangan
liatin saya kayak gitu, saya jadi takut, dasar mesum lo..”
Loh kok mesum…?
Akhirnya
perundingan GMA (Gerobak Mie Ayam) yang cukup alot dengan abang tukang mie ayam
sudah diselesaikan dengan sukses, segera gue kembali ke meja tempat si cantik
berada, sambil menunggu pesanan gue sempat ngobrol sedikit sama gissa, ngomonin
pelajaran kuliah, ungkapan hati gue bisa jadi pacar orang cantik kayak dia,
bisa berduaan sama dia, pokoknya macem-macem. Gak lama pesanan datang juga.
Gue : “gissa tuh mie ayamnya udah
dateng, mari makan…”
Gissa : “iya gus, ummm tapi kok
kayaknya mie ayam lo dikit banget, apa punya gue yang kebanyakan porsinya”.
Gue : “umm…gak kok emang segini,
tadi kebetulan kata abangnya mienya tinggal sedikit…he…he” (kebohongan gue yang
pertama di awal jadian).
Gissa : “umm gitu tapi gak
apa-apa tu kalau lo makan Cuma sedikit..?”
Gue : “gak apa-apa ko sa, segini
cukup kok..”
meski sebenarnya hati gue
menjerit….kurang kenyang kalo Cuma segini hu…huuuuhu.
Tidak
lama setelah menyelesaikan makan, kami kembali lagi ke kampus, di jalan kami
berpisah agar kami gak ketauan sama anak-anak satu kelas, meski perut gue masih
teriak-teriak minta makan lagi tapi gue seneng bisa makan berdua untuk yang
pertama kali dengan gissa, akhirnya hari itu pelajaran berakhir dan jam kuliah
pun sudah usai, gue juga baru sadar bahwa gak ada ongkos pulang dan duit udah
habis buat bayar mie ayam tadi, so akhirnya gue jogging dari kampus sampai ke
rumah yang kira-kira jaraknya tujuh kilo meter.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNgakak....
ReplyDeletethanks gan.....nice
Delete